Cetak Sawah: Resep Jitu Indonesia Atasi Krisis Pangan?
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4980531/original/006165800_1729915385-image__9_.jpg)
Nuansapaginews.com Hai semoga hatimu selalu tenang. Dalam Konten Ini saya akan mengulas tren terbaru mengenai News. Informasi Relevan Mengenai News Cetak Sawah Resep Jitu Indonesia Atasi Krisis Pangan Temukan info penting dengan membaca sampai akhir.
Table of Contents
Jakarta, Bayu Dwi Apri Nugroho, seorang ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM) di bidang Pertanian, Agroklimatologi, dan Perubahan Iklim, mengungkapkan bahwa program cetak sawah baru seluas 3 juta hektar merupakan salah satu langkah kunci untuk mencapai swasembada pangan nasional.
Ia menjelaskan bahwa seiring dengan perkiraan populasi Indonesia yang akan mencapai 330 juta jiwa pada tahun 2050, kebutuhan pangan akan terus meningkat. Oleh karena itu, langkah ini dipandang sebagai upaya penting untuk menjaga ketahanan pangan nasional.
"Cetak sawah merupakan salah satu solusi menuju swasembada pangan. Solusi lainnya adalah melalui inovasi dan pengembangan teknologi pertanian," ungkap Bayu dalam keterangan pers di Jakarta, Kamis (24/10/2024).
Ia juga menegaskan bahwa program cetak sawah tersebut dirancang untuk mendukung swasembada pangan tanpa mengubah fungsi lahan hutan. Fokus utama dari program ini adalah pemanfaatan lahan tidur untuk meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dari satu kali tanam menjadi dua hingga tiga kali tanam per tahun.
"Cetak sawah tidak berarti mengalihfungsikan lahan hutan menjadi lahan pertanian, tetapi meningkatkan IP-nya, sehingga dari satu kali tanam per tahun bisa menjadi dua hingga tiga kali tanam," jelasnya.
Bayu menyatakan optimisme bahwa swasembada pangan nasional bisa tercapai, dan langkah ini harus segera dilakukan mengingat berbagai negara menerapkan pembatasan ekspor pangan akibat perubahan iklim dan ketidakpastian geopolitik.
"Artinya, pasokan pangan global berkurang, sehingga kita harus memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan swasembada pangan," ujarnya.
Lebih lanjut, Bayu menekankan bahwa pencapaian swasembada pangan tidak bisa hanya dibebankan pada Kementerian Pertanian. Kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan dari hulu ke hilir sangat penting, termasuk dukungan dari Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) dan Perum Bulog.
"Setiap lembaga memiliki peran dalam mendukung program lumbung pangan, sehingga swasembada pangan dapat tercapai," jelas Bayu.
Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Yudi Sastro, menyampaikan bahwa produksi padi pada Triwulan III tahun 2024 mencapai 43,28 juta ton GKG, atau sekitar 78,09% dari target tahun 2024 sebesar 55,42 juta ton.
Menurut Yudi, keberhasilan ini didukung oleh gerakan percepatan tanam nasional, fasilitasi pengembangan kawasan padi, pengendalian OPT, penanganan dampak perubahan iklim, dukungan alsintan pasca panen, dan pendampingan intensif oleh pusat dan daerah dalam gerakan tanam. Program cetak sawah dan pompanisasi dari Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian turut mendukung upaya percepatan tanam.
"Kami akan terus mengawal kegiatan pompanisasi agar daerah yang potensial bisa melakukan percepatan tanam, sehingga berkontribusi dalam peningkatan luas tanam untuk mendukung target produksi padi di tahun 2024," tambahnya.
Yudi juga menyebutkan bahwa pada tahun 2023, produksi padi berhasil melampaui target sebesar 52,12 juta ton GKG, mencapai 53,63 juta ton GKG atau 102,88%. Dukungan pemerintah pada budidaya padi seluas 1,10 juta hektar pada tahun 2023 turut berkontribusi sebesar 10,46% terhadap total luas tanam dan panen padi nasional.
"Lahan tanam yang didukung pemerintah memberikan kontribusi sebesar 9,38% terhadap produksi padi nasional tahun 2023," ungkapnya.
Begitulah uraian mendalam mengenai cetak sawah resep jitu indonesia atasi krisis pangan dalam news yang saya bagikan Terima kasih atas perhatian dan waktu yang telah Anda berikan, Jaga semangat dan kesehatan selalu. Bagikan kepada teman-teman yang membutuhkan. Terima kasih