• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Geng 'NATO' di Rusia: Tanda-Tanda Kejayaan yang Memudar di Bawah Putin!

img

Nuansapaginews.com Dengan izin Allah semoga kita semua sedang diberkahi segalanya. Di Titik Ini saya akan membahas perkembangan terbaru tentang CNBC Indonesia, News, Berita. Konten Yang Terinspirasi Oleh CNBC Indonesia, News, Berita Geng NATO di Rusia TandaTanda Kejayaan yang Memudar di Bawah Putin Pastikan Anda mengikuti pembahasan sampai akhir.

    Table of Contents

Jakarta, CNBC Indonesia - Nasib Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) kini menjadi sorotan utama. Pengaruh Moskow dalam aliansi yang berfungsi sebagai NATO versi Rusia ini terlihat semakin rapuh.

Analisis terkini menunjukkan bahwa selama tiga tahun perang melawan Ukraina, Rusia mengalami penurunan signifikan dalam perannya sebagai kekuatan dominan di Asia Tengah dan Kaukasus. CSTO, yang terdiri dari negara-negara bekas Uni Soviet, menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi Kremlin dalam usaha mempertahankan pengaruh geopolitiknya di Eurasia. Aliansi ini dibentuk pada tahun 1992 untuk mengisi kekosongan keamanan pasca-runtuhnya Uni Soviet.

"Namun, setelah tiga dekade, blok ini berjuang melawan isu serius mengenai daya saing dan keberlangsungan," ungkap analis Armenia, Hakob Badalyan, seperti dilansir AFP pada 22 September 2024.

Kesulitan Rusia di wilayah Asia Tengah dan Kaukasus semakin kontras dengan keberhasilannya dalam membangun aliansi dengan negara-negara seperti China, India, dan Iran, di tengah konflik dengan Ukraina. Badalyan menekankan bahwa situasi ini saling terkait. "Dalam konteks perang dengan Ukraina, Rusia kini memiliki sumber daya yang jauh lebih terbatas untuk menjalankan perannya sebagai pemimpin militer-teknis CSTO," tambahnya.

Meskipun CSTO masih memiliki peran yang bisa dimainkan, ide untuk menjadi alternatif kuat Rusia terhadap NATO patut dipertanyakan. Aliansi ini meliputi Belarusia, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, dan Armenia, namun keretakan di dalam aliansi ini semakin nyata.

Armenia, meskipun tetap menjadi anggota resmi, telah memboikot organisasi ini, menuduh CSTO dan Moskow meninggalkannya di saat menghadapi konflik dengan Azerbaijan. Ini bukanlah tantangan pertama bagi CSTO; sebelumnya, Baku keluar pada tahun 1999 bersamaan dengan Georgia, dan Uzbekistan mengikuti pada tahun 2012. Baik Uzbekistan maupun Turkmenistan juga menolak untuk bergabung kembali dengan aliansi tersebut tahun lalu.

Sementara itu, Rusia terus melihat Barat sebagai ancaman eksistensial, sementara negara-negara Asia Tengah dan Armenia memperkuat hubungan dengan Amerika Serikat dan Eropa. Selain Belarusia, tidak ada dukungan bagi agresi Rusia terhadap Ukraina. Minsk, yang sangat bergantung pada Moskow, juga tidak mengakui klaim teritorial Rusia di Ukraina timur.

Demikianlah geng nato di rusia tandatanda kejayaan yang memudar di bawah putin sudah saya jabarkan secara detail dalam cnbc indonesia, news, berita Silakan telusuri sumber-sumber terpercaya lainnya selalu belajar dari pengalaman dan perhatikan kesehatan reproduksi. Bantu sebarkan dengan membagikan postingan ini. Sampai bertemu di artikel berikutnya. Terima kasih banyak.

© Copyright 2024 - NUANSAPAGINEWS.COM Sumber Terpercaya untuk Berita Terkini
Added Successfully

Type above and press Enter to search.