Hakim Semprot Eks Bos PT Timah: Kerjaannya Aneh Banget!

Nuansapaginews.com Selamat beraktivitas semoga penuh keberhasilan., Disini saya ingin membahas News, Berita yang sedang trending. Artikel Dengan Tema News, Berita Hakim Semprot Eks Bos PT Timah Kerjaannya Aneh Banget Baca tuntas artikel ini untuk wawasan mendalam.

Jaksa menghadirkan terdakwa kasus dugaan korupsi pengelolaan timah, yang juga merupakan mantan Direktur Utama PT Timah Tbk, Mochtar Riza Pahlevi Tabrani, sebagai saksi untuk terdakwa Harvey Moeis dan beberapa lainnya. Hakim mempertanyakan keputusan-keputusan yang dibuat oleh Riza dalam pengelolaan timah yang dianggap aneh.

Hakim mulai mendalami pelaksanaan instruksi 030 untuk meningkatkan produksi PT Timah. Riza menjelaskan bahwa instruksi tersebut dijalankan dengan cara membeli bijih timah dari smelter swasta berbentuk CV atau PT. Hakim menegaskan agar penjelasan Riza tidak berbelit-belit dan meminta klarifikasi terkait pembelian bijih timah dari masyarakat dengan harga murah namun membayar lebih mahal kepada smelter swasta.

Hakim juga mempertanyakan mengapa PT Timah membeli bijih timah dari masyarakat dengan harga yang lebih murah namun berani membayar harga yang lebih tinggi kepada smelter swasta, bahkan empat kali lipat dari harga masyarakat. Riza berusaha menjelaskan bahwa biaya peleburan dan komponen lain menjadi pertimbangan dalam menentukan harga bijih timah, namun hakim tetap menilai keputusan tersebut tidak efisien.

Pertanyaan lebih lanjut diajukan terkait kemurnian bijih timah, di mana hakim heran karena PT Timah harus melebur kembali bijih yang didapat dari smelter swasta meski sudah mencapai kemurnian 99,9%. Hal ini menyebabkan pekerjaan dilakukan dua kali dan biaya menjadi lebih besar. Hakim kembali menyoroti bahwa langkah-langkah yang diambil PT Timah tampak membingungkan dan tidak efisien.

Berdasarkan dakwaan jaksa penuntut umum, kerugian negara dalam kasus ini mencapai Rp 300 triliun, yang dihitung berdasarkan audit kerugian keuangan negara. Beberapa tokoh yang terlibat dalam kasus ini turut disebut, termasuk Suranto Wibowo, Amir Syahbana, dan Harvey Moeis.