KTT G20: Brasil Soroti Krisis Kelaparan Global dan Kembalinya Trump!

Nuansapaginews.com Selamat membaca semoga mendapatkan ilmu baru. Pada Hari Ini saya ingin berbagi tips dan trik mengenai News, Dw. Deskripsi Konten News, Dw KTT G20 Brasil Soroti Krisis Kelaparan Global dan Kembalinya Trump Pelajari seluruh isinya hingga pada penutup.

1.1. KTT G20 di Rio de Janeiro: Isu Global Mendominasi

KTT G20 di Rio de Janeiro: Isu Global Mendominasi

Pertemuan puncak G20 di Rio de Janeiro, Brasil, pada Senin (18/11) lalu menjadi panggung bagi para pemimpin dunia untuk membahas berbagai isu global yang mendesak. Di tengah bayang-bayang pergantian kepemimpinan di Amerika Serikat, para pemimpin negara-negara ekonomi besar dunia ini berupaya mencari solusi atas tantangan global yang semakin kompleks.

Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, dalam pidato pembukaannya menyoroti masalah kemiskinan dan kelaparan yang masih menjadi persoalan serius di dunia. Ia mengajak para pemimpin untuk berkomitmen mengakhiri masalah kemanusiaan ini. "Kelaparan dan kemiskinan bukanlah takdir, tetapi hasil dari pilihan politik kita," tegas Lula.

Konflik di Ukraina dan Timur Tengah juga menjadi topik utama dalam pertemuan ini. Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menegaskan dukungan negaranya terhadap Ukraina, sementara Presiden Rusia, Vladimir Putin, absen dan diwakili oleh Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov.

Di sisi lain, tindakan militer Israel di Gaza memicu protes di seluruh dunia, termasuk di Brasil. Presiden Lula bahkan sempat menyamakan tindakan Israel dengan Holocaust, sebuah pernyataan yang memicu kontroversi.

Selain isu politik, pertemuan G20 juga membahas isu ekonomi, seperti inisiatif "Belt and Road" yang digagas oleh Cina. Brasil, sebagai tuan rumah, sejauh ini masih enggan bergabung dalam proyek ambisius ini.

KTT G20 di Rio de Janeiro menjadi ajang bagi para pemimpin dunia untuk saling bertukar pikiran dan mencari solusi bersama atas berbagai tantangan global. Namun, perbedaan pandangan dan kepentingan masing-masing negara membuat upaya mencapai konsensus yang komprehensif menjadi semakin sulit.