• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Menelusuri Jejak TAP MPR Soeharto dan Gus Dur: Apakah Ini Langkah untuk Memulihkan Nama Baik?

img

Nuansapaginews.com Assalamualaikum semoga kita selalu berbuat baik. Dalam Tulisan Ini mari kita teliti News, Rajut yang banyak dibicarakan orang. Tulisan Tentang News, Rajut Menelusuri Jejak TAP MPR Soeharto dan Gus Dur Apakah Ini Langkah untuk Memulihkan Nama Baik Yok ikuti terus sampai akhir untuk informasi lengkapnya.

    Table of Contents

Jakarta - Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) berencana mengundang keluarga Presiden Soeharto dan Abdurrahman Wahid, juga dikenal sebagai Gus Dur. Undangan ini berkaitan dengan dua Ketetapan (TAP MPR) yang menyangkut reputasi kedua mantan presiden tersebut.

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, menyatakan bahwa undangan tersebut penting untuk menyusun draf surat penjelasan administratif terkait dua TAP MPR. Dalam TAP MPR Nomor XI/MPR/1998, Pasal 4 secara tegas menyebutkan nama Presiden Soeharto dalam konteks pemberantasan korupsi.

Pasal tersebut menyatakan bahwa upaya pemberantasan korupsi harus dilakukan tegas terhadap semua pihak, termasuk mantan pejabat negara. Bamsoet menambahkan bahwa Fraksi Golkar meminta penjelasan khusus tentang Pasal 4 untuk menegaskan bahwa TAP tersebut sudah dilaksanakan tanpa mengubah maknanya.

Sementara itu, TAP MPR Nomor II/MPR/2001 terkait pertanggungjawaban Gus Dur akan dicabut atas permintaan Fraksi PKB, mengingat keputusan tersebut diambil karena Gus Dur tidak hadir dalam sidang MPR 2001. Bambang juga menegaskan bahwa surat penjelasan ini bersifat administratif dan bukan produk hukum.

MPR mendorong agar kedua mantan presiden tersebut diberikan penghargaan atas jasa mereka. Menurut Sejarahwan Universitas Indonesia, Bondan Kanumayo, surat penjelasan administratif tidak akan menghapus tindakan Soeharto dan Gus Dur di masa lalu.

Bondan menegaskan bahwa klarifikasi hukum diperlukan untuk membersihkan nama kedua tokoh tersebut, bukan hanya pernyataan politik. Pengamat Hukum Tata Negara, Feri Amsari, juga mengingatkan agar MPR tidak menyamakan Soeharto dan Gus Dur, mengingat rekam jejak yang berbeda dari keduanya.

Feri juga menyoroti perlunya mekanisme hukum sebelum mengembalikan nama baik tokoh-tokoh politik, menegaskan bahwa proses hukum akan memberikan kepastian dibandingkan proses politik yang dapat berubah. Dalam konteks ini, Ketua Fraksi Golkar MPR RI, Idris Laena, mengusulkan pencabutan TAP MPR Nomor 11 Tahun 1998, yang ditujukan kepada Soeharto.

Di sisi lain, Gus Jazil dari Fraksi PKB meminta penegasan dari MPR untuk memulihkan nama baik Gus Dur, dengan harapan surat tersebut dapat menjadi landasan bagi pengajuan gelar Pahlawan Nasional. Upaya ini merupakan bagian dari semangat rekonsiliasi nasional.

Begitulah menelusuri jejak tap mpr soeharto dan gus dur apakah ini langkah untuk memulihkan nama baik yang telah saya uraikan secara menyeluruh dalam news, rajut Moga moga artikel ini cukup nambah pengetahuan buat kamu tetap produktif dan rawat diri dengan baik. Sebarkan kebaikan dengan membagikan kepada yang membutuhkan. Sampai bertemu lagi

© Copyright 2024 - NUANSAPAGINEWS.COM Sumber Terpercaya untuk Berita Terkini
Added Successfully

Type above and press Enter to search.